Tips Untuk Membedakan Xiaomi Replika Dengan Yang Asli (Pengalaman Seseorang Membeli Xiaomi Replika)



Membeli produk ponsel (Xiaomi) yang tidak resmi masuk Indonesia memang berisiko sekali. Yang pertama, risiko kalau barang rusak (kecuali bergaransi distributor, itu juga banyak yang bermasalah). Yang kedua, lebih susah membedakan yang mana asli, mana palsu (terutama Samsung, dan yang nggak dikira ada replikany yaitu Xiaomi).


Saya disini adalah Seseorang yang memiliki pengalaman membeli xiaomi replika sebut saja "Tukimin"

Artikel ini saya bagi jadi tiga bagian ya. Ada cerita pertama dari mana asalnya saya beli Xiaomi Mi4 replika ini, lalu dilanjut gimana cara saya tahu kalau ini replika, dan yang terakhir, cara cek Xiaomi asli atau palsu. Yang males baca cerita saya (yang sangat panjang) dulu, boleh langsung ke bagian tiga, ehehe.

Kepengin Xiaomi Mi4

Saya sangat baru dalam dunia Per-Xiaomi-an. Memang lagi kepengin punya Redmi Note 2, cuma waktu itu belum kebeli. Pas lagi nonton review, kakak saya nelpon,

“Xiaomi Mi4 bagus ya. Tadi habis coba punya temen, kamera depannya bening! Sampingnya juga aluminium. Kepengin, deh”.

Sebelumnya, saya perjelas dulu kalau yang dipengin kakak saya ini Mi4, ya. Bukan Mi4i. Mi4 tidak resmi masuk sini, Mi4i resmi. Jadi kalau mau beli Mi4i, tinggal cari yang bergaransi resmi dan beli di toko ritel resmi, beres.

Dari kutipan kalimat di atas, semuanya dimulai. *apeu*. Akhirnya kakak saya memutuskan untuk mencari 2nd-nya di OLX. Buat coba-coba dulu, katanya. Singkat cerita kita sudah ketemu, dengan pemakaian baru satu minggu dan harga jual lebih murah 750 ribu dari harga baru (harga baru bergaransi distributor, tentunya). COD di fast food yang namanya tiga huruf, dan coba-coba barangnya sebelum beli.

Teledor dan awam. Saya newbie banget masalah Xiaomi ini. Beberapa hari yang lalu, saya sempat baca di timeline @SobatHAPE kalau ada Xiaomi Mi4 replika. Replika tersebut berlayar HD (bukan seharusnya Full HD) dan skor AnTuTu sekitar 20 ribu (yang harusnya >30 ribu). Berdasarkan petunjuk adminnya, saya tes pakai dua aplikasi: AnTuTu dan CPU-Z. Hasilnya? Asli. Skor sesuai yang asli, spesifikasi di CPU-Z benar. Setelah itu cek IMEI, coba kamera depan belakang, speaker, semuanya berfungsi normal. Saya masih curiga kenapa dijual murah, tapi kakak saya percaya aja dengan alasan seller yang, ngakunya, barang hadiah. Deal, kita beli, bawa pulang.

Ini Replika?

“Dek, kok suara speakernya nggak enak, ya? Coba pakai headset (A-Jays One+) juga nggak enak”. DHEG. Pas saya coba sendiri, suaranya parah. Parah banget. Kok baru tahu sekarang? Iya, karena sewaktu COD, seller memilih tempat outdoor. Jadi belum terdengar kualitas speakernya, cuma tahu kalau itu berfungsi. Mulai nggak enak, saya cek di forum-forum. Oh, katanya memang begitu. Update ke MIUI6 supaya keluaran speakernya agak enakan. Okay, saya download ROM MIUI6 untuk Mi4 (yang waktu itu masih MIUI5), lalu coba install via Recovery.

File sudah benar, masuk MI Recovery, install update.zip, tekan yes, dan… “Install Failed”. DHEG (lagi). Kok nggak bisa nih? Kok aneh? Akhirnya saya download banyak ROM (Global, China, older version etc). Nggak bisa semua. Sudah reset/hapus/wipe semuanya via recovery pun. Cek di hpnya, ada update, yaudah deh, update OTA aja. Setelah update sekali, lalu cek software baru, tidak ada update. Masih MIUI5. Cuma berubah seri. LAH PIYE. Stuck di MIUI5, dong?! Mulai yakin kalau ini replika.

“Masa replika sih, dek? Tapi kok kameranya bagus? Lihat deh, bagus kan?”, sambil kakak saya nunjukin hasil kameranya. Bagus, lebih bagus dari Galaxy E7. Tajam, berwarna. Cuma, agak gelap di indoor. Harusnya bisa lebih terang, kalau di spesifikasinya mencantumkan apertur f/1.8 baik kamera depan maupun belakang. Waktu dicek.. Lho, kok kamera belakangnya f/2.4? Lho, kok kamera depannya f/2.8? Nggak mungkin variable aperture, kan?

Mana mungkin kameranya berubah apertur? Mungkin, kalau memang smartphone khusus fotografi, atau yang dicantumkan di spesifikasinya kalau punya variable aperture (yang Xiaomi Mi4 tidak punya). Akhirnya coba install AnTuTu dan CPU-Z lagi (lagi, karena tadinya sudah hard reset pas kesel nggak bisa update). Sambil dituntun teman yang sudah khatam sama Xiaomi, jelajah satu-satu… “Lho, katanya MIUI5? Ini seperti MIUI6, harusnya nggak gini”, kata teman. Lho, kok sensornya sedikit? Harusnya yang asli ada Gyroscope. CPU-Z normal… wait, kok logonya NVIDIA? Kan Snapdragon punya Qualcomm? Spesifikasinya yang di sini sesuai. (Sesuai, kan? Layarnya kan Full HD, RAM 3GB). Lho, sensor di CPU-Z kok cuma sedikit juga?

Step berikutnya, cobain AnTuTu lagi… mau ngetes, pakai download 3D plug-in. lama banget, pas sebelum reset bisa langsung. Kok RAMnya segiga? Kok resolusinya cuma 720p? CPU MediaTek? Sebelum reset, semua infonya sesuai. Serius. Jadi not supported semua. Sensor akselerometer punya MediaTek. Fisiknya 100% sama seperti yang asli. Build qualitynya mantab. Tapi, lihat port infrared di kanan? Harusnya gelap, bukan bening.

Lalu sama teman disuruh cek IMEI dan serial number. IMEI sudah sesuai, serial number belum pernah cek. Ya kan setahu saya yang penting cuma IMEI. Begitu dicek… SERIAL NUMBER APAAN?

[UPDATE]

Karena adanya permintaan, berikut foto dus dari Mi4 yang saya beli. sama, kan?

Konklusi:
Ini Xiaomi Mi4 replika, dengan kualitas yang, asli deh, bagus banget. Grade A+++.
Seluruh spesifikasi yang ditampilkan di AnTuTu dan CPU-Z berubah setelah reset dan satu kali update OTA. Semakin dipakai, semakin “luntur”. Setelah dicoba-coba lagi, processor di CPU-Z sudah bukan “Snapdragon 801” lagi, tapi “MediaTek”. Aneh, ya. Masih nggak paham gimana teknologi nipunya.
Xiaomi Mi4 yang dibeli ini garansi distributor (Bless). Stiker garansi dan semuanya pun terlihat asli. Belum sempat dibuktikan ke service centre karena di Surabaya nggak ada, sudah tutup katanya. Tapi masa iya, asli kok nggak bisa update software, etc etc. Entah Bless palsu atau gimana, buram.
Walaupun resolusinya 720p, kalau ambil screenshot, resolusi screenshotnya 1080p. Hebat, bisa upscaling sendiri softwarenya. Kameranya pun bening, or, at least, lebih bagus dari kamera hp 1,5 jutaan. Layarnya juga bagus dan berwarna, lebih berwarna dari Lenovo A6000, malah.

Untungnya, penjual masih mau dihubungi dan bertanggung jawab. Xiaomi Replika berhasil dikembalikan dan uang kembali. Dia juga nggak tahu karena ini barang hadiah. Yah, kasian juga. Tapi gimana lagi.

“Mau nyari Mi4 lagi, ta? Kan sudah bisa bedain sekarang”, saya nawarin.

“Nggak, dek. Males, masih trauma”, kakak saya.

Membedakan Yang Asli Dengan Replika

Jadi, sebetulnya gimana caranya membedakan Xiaomi asli dengan yang replika? Begini, menurut saya. Kalau ada yang lebih mengerti dan saya salah, mohon koreksinya yaa.
Lakukan factory reset/wipe semua data sebelum coba. Penting, karena kalau tidak, sepertinya software si replika ini akan bekerja untuk menipu spesifikasi terus-menerus.
Cek spesifikasi dan kelengkapan sensor lewat AnTuTu, CPU-Z dan Sensor Box. Pastikan detil hardware sesuai dengan spesifikasi. Pastikan jumlah sensornya benar.
Cek seri software MIUI yang terinstall. Di gambar pertama di atas, setelah saya cari di Google, hasilnya nihil.
Cek hasil foto, cek resolusi dan apertur yang digunakan, pastikan sesuai. Jangan asal karena hasilnya terlihat bagus jadi tidak cek detilnya.
Coba keluaran suaranya. Kalau beli Mi4, bawa earphone sendiri (karena tidak menyertakan earphone dalam paket pembelian). Dalam kasus saya, pakai earphone apapun, suaranya parah. Beneran parah, nggak bisa dinikmati sama sekali, deh.
Cek IMEI dan serial number, pastikan sesuai dengan dusnya. Dalam kasus saya, serial number di dus dan hp berbeda. IMEI sama.
Di Xiaomi Mi4, karena ada infrared, harusnya ada aplikasi seperti Mi Remote. Yang Replika, tidak ada sama sekali.
Ponsel Xiaomi asli, pasti bisa update ROM asli yang ada di website resmi MIUI.
OOT: Lebih baik cari seller yang jelas, atau setidaknya bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa. Minta garansi personal sehari, misalnya.

Dan saya baru tahu sesaat sebelum menulis artikel ini, kalau ternyata Xiaomi punya tools yang gampang banget, untuk identifikasi keaslian ponsel. Mi Verification, namanya. Tapi butuh notebook dan koneksi internet. Plus, ponsel harus dengan baterai lebih dari 50%. Begini caranya:
Masuk ke https://jd.mi.com/ lewat browser PC/notebook kamu.
Download aplikasi Mi Verification. Ada dua cara; klik tombol download lalu transfer file apk, atau scan QR code langsung dari kamera Xiaomi. sentuh “view details”, lalu download otomatis, deh.
Setelah terinstall, buka aplikasi “Mi Verification” di HP, pilih “Scan and Verify”.
Reload halaman Mi Verification yang ada di browser PC, lalu arahkan HP untuk scan lagi. Arahkan terus sampai checking dan proses selesai.
Selesai. Kalau asli, akan muncul di layar PC. Yay, Redmi Note 2 saya asli!

[UPDATE]: Dapat info dari mas Sendy Aditya (ada di komentar di bawah), “yang verifikasi via web buat Redmi 2 seri 2014817 gak work, tapi selama belinya di seller resmi, barangnya original. buat Redmi 2 cuma dua importir resmi, Trikomsel dan Erajaya”. Teman saya yang membeli Redmi 2 di ritel resmi Global Teleshop juga laporan gagal pakai Mi Verification, tertampil “Not a Mi device”. Tapi jangan khawatir, karena beli dari ritel resmi, pasti barang asli dan bergaransi resmi.

[UPDATE 2]: Redmi 1s juga tidak mendukung Mi Verification (cek). Kalau memang kamu beli garansi distributor dan nggak yakin dengan keasliannya, jalan satu-satunya adalah menerapkan step-step di atas tulisan Mi Verification, ya.

Merasa proses di atas ribet? Jangan beli Xiaomi yang tidak resmi, kalau begitu. Beli aja yang garansi resmi, seperti Mi4i, Redmi 2, dan sebentar lagi, Redmi Note 2. Seperti membeli ponsel Samsung, Samsung yang asli ya yang bergaransi resmi SEIN. Jadi kalau cari barang 2nd, pastikan yang masih bergaransi, lalu tinggak cek ke Samsung Service Center resmi, deh. Lebih lanjut mengenai garansi Xiaomi, cek di sini ya. Sekian cerita pengalaman dari saya. Semoga bisa jadi pembelajaran yang bermanfaat. Jangan sampai ada yang ketipu beli replika lagi, ya. Cukup kakak saya yang trauma dan saya yang DHEG dua kali.

Previous
Next Post »